Laporan Praktikum Ekologi Perairan
Senin, 16 Desember 2013
PRAKTIKUM
EKOLOGI PERAIRAN EKOSISTEM MANGROVE
Nama : HENITA
(4443120684 )
JURUSAN
PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2013
ABSTRAK
Istilah mangrove
yaitu sekelompok jenis tumbuhan yang hidup di sepanjang garis pantai tropis
sampai sub tropis yang memiliki fungsi sstimewa pada lingkungan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi hutan mangrove, serta jenis spesies
yang ada di Karangantu kabupaten Serang Banten. Metode yang digunakan yaitu
metode survey jelajah. Pengambilan data ekologi dilakukan dengan membuat
perstasiun berbentuk persegi dengan ukuran 10x10 m sebanyak 4 buah kelompok
memenjang sejajar garis pantai. Hasil penelitian menunjukan bahwa Frekuensi
jenis spesies mangrove tertinggi adalah jenis mangrove Avicenia marina dan Rhizophora
apiculata dengan substrat lumpur lembek dengan kadar garam tinggi hingga
sedang. Karakteristik dari ekosistem mangrove dipengaruhi oleh keadaan tanah, salinitas,
penggenangan, pasang surut, dan kandungan oksigen. Adapun adaptasi dari
tumbuhan mangrove terhadap habitat tersebut tampak pada morfologi dan komposisi
struktur tumbuhan mangrove.
Kata
kunci : Mangrove,
ekologi , parameter fisika, parameter kimia, parameter biologi
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sebagai
salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan
rawan. Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang mempunyai ciri
khusus karena lantai hutannya secara teratur digenangi oleh air yang
dipengaruhi oleh salinitas serta fluktuasi ketinggian permukaan air karena
adanya pasang surut air laut (Duke, 1992. Menurut Kusmana dkk., (2005) hutan
mangrove adalah suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama
di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang waktu air laut
pasang dan bebas dari genangan pada saat air laut surut, yang komunitas
tumbuhannya toleran terhadap garam. Adapun ekosistem mangrove merupakan suatu
sistem yang terdiri atas organisme yang berinteraksi dengan faktor lingkungan
di dalam suatu habitat mangrove. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis.
Mengingat pentingnya fungsi jalur hijau mangrove dalam menjaga keseimbangan
ekosistem pantai, maka sangat diperlukan upaya-upaya untuk melindunginya. Untuk
mempertahankan kelestarian hutan mangrove tersebut, suatu sistem pengelolaan
hutan mangrove yang memperhatian prinsip kesinambungan fungsi hutan mangrove,
terpeliharanya jaringan-jaringan kehidupan ekosistem mangrove dan kesadaran
serta kesamaan persepsi berbagai pihak atas pentingnya keberadaan hutan
mangrove, perlu dikaji dan diterapkan.
Tujuan dalam praktikum ini ialah untuk mengetahui jenis-jenis mangrove di
daerah Karangantu Kabupaten Serang Banten serta untuk mmengetahui parameter
yang terdapat dalam ekosistem mangrove dengan cara anailisis dari pengamatan
yang di lakukan.
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem
mangrove adalah suatu lingkungan yang mempunyai ciri khusus karena lantai
hutannya secara teratur digenangi oleh air yang dipengaruhi oleh salinitas
serta fluktuasi ketinggian permukaan air karena adanya pasang surut air laut
(Duke, 1992). Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forestcoastal
woodland, vloedbos dan hutan payau (Kusmana dkk., 2005) yang
terletak di perbatasan antara darat dan laut, tepatnya di daerah pantai dan di
sekitar muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Sumaharni,
1994). Menurut Kusmana dkk., (2005) hutan mangrove adalah suatu tipe hutan yang
tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna,
muara sungai) yang tergenang waktu air laut pasang dan bebas dari genangan pada
saat air laut surut, yang komunitas tumbuhannya toleran terhadap garam. Adapun
ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme yang
berinteraksi dengan faktor lingkungan di dalam suatu habitat mangrove.
Menurut Arief
(2003) pembagian zonasi juga dapat dilakukan berdasarkan jenis vegetasi yang
mendominasi, dari arah laut kedataran berturut-turut sebagai berikut:
1. Zona Avicennia ,terletak
pada lapisan paling luar dari hutan mangrove. Pada zona ini, tanah berlumpur
lembek dan berkadar garam tinggi. Jenis Avicennia ini banyak ditemui
berasosiasi dengan Sonneratia Spp karena tumbuh dibibir laut, jenis ini
memiliki perakaran yang sangat kuat yang dapat bertahan dari hempasan ombak
laut.
2. Zona Rhizophora, terletak
dibelakang zona Avicennia dan Sonneratia. Pada zona ini, tanah
berlumpur lembek dengan kadar garam lebih rendah. Perakaran tanaman tetap
terendam selama air laut pasang.
3. Zona Bruguiera, terletak dibelakang zona Rhizophora. Pada
zona ini tanah berlumpur agak keras
4. Zona Nypah, yaitu zona pembatas antara daratan dan lautan.
Parameter fisika
Suhu
Menurut Maire dalam Arfiati (1989), menyatakan bahwa suhu secara ekologi akan
mempengaruhi penyebaran (distribusi) spesies. Karena organisme cenderung
menempati lingkungan yang bersuhu sesuai bagi kehidupannya.
Salinitas
Salinitas
merupakan berat garam dalam gram per kilogram air laut. Salinitas ditentukan
dengan mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas. Salinitas dapat juga
diukur melalui konduktivitas air laut. Alat-alat elektronik canggih menggunakan
prinsip konduktivitas ini untuk menentukan salinitas Salinitas optimum yang
dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar antara 10- 30 ppt (Romimohtarto dan
Juwana, 2001).
Kondisi
salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove.
Iklim
Mempengaruhi
perkembangan tumbuhan dan perubahan faktor fisik (substrat dan air). Pengaruh
iklim terhadap pertumbuhan mangrove melalui cahaya, curah hujan, suhu, dan
angin. Penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: Cahaya
berpengaruh terhadap proses fotosintesis, respirasi, fisiologi, dan struktur
fisik mangrove. Intensitas, kualitas, dan lama pencahayaan mempengaruhi
pertumbuhan mangrove (mangrove adalah tumbuhan long day plants yang
membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi sehingga sesuai untuk hidup di daerah
tropis).
Parameter Kimia
pH
pH adalah cerminan dari derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hydrogen
menggunakan rumus umum pH=-log(H+).
Parameter Biologi
Benthos
Benthos adalah organisme yang
melekat pada dasar perairan. Keberadaan
hewan benthos pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Hewan benthos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan
karena selalu kontak dengan limbah yang masuk habitatnya. Kelompok hewan
tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan-perubahan faktor-faktor
lingkungan dari waktu ke waktu karena hewan benthos terus menerus berada dalam
air yang kualitasnya berubah-ubah (Hakim, 2009).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Ekologi Perairan
tentang ekosistem mangrove dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 7
Desember 2013 pada pukul 06.00 WIB waktu pemberangkatan menuju Pesisir Karangantu
Serang Banten.Waktu observasi lapangan pada waktu 08.00 Pagi sampai dengan
selesai.
Alat dan
Bahan
Alat yang kita gunakan pada
praktikum ini yaitu tali Rapia berukuran 10x10 meter yang digunakan untuk
stasiun perkelompok,meteran atau penggaris yang digunakan untuk mengukur
diameter pohon, semai atau anakan dalam ekosistem mangrove tersebut, thermometer
digunakan untuk mengukur suhu perairan, alat-alat tulis untuk
mencatat hasil praktikum dan kertas lebel.
Bahan yang digunakan pada praktikum
kali ini adalah olkohol yang digunakan untuk mengawetkan bentos, sedangkan
kertas pH digunakan untuk mengukur derajat keasaman (pH) dari perairan.
Prosedur
Kerja
Prosedur
Pelaksanaan praktikum ekosistem mangrove dengan membagi kelompok besar yang
beranggotakan sekitar 19-20 orang perkelompok, dan membagi masing-masing kelompok
perstasiun yang akan diamati dengan ukuran stasiun panjang dan lebar stasiun 10
meter. Setelah itu dalam setiap stasiun dibagi kembali per plot ukuran 1 meter
x 1 meter meliputi pengamatan suhu,jenis mangrove yang ada, banyaknya anakan,
pohon,atau semai kemudian pengamatan mengenai bunga,buah,akar dan daun dari
jenis mangrove tersebut dengan mengambil sampelnya.
Pengukuran suhu dengan cara thermometer
masukkan ujung thermometer ke dalam perairan, tunggu kurang lebih 3 menit, lalu
catat nilai suhu yang di tunjukan pada thermometer. Pengamtan pH air dengan
cara ambil kertas indicator 1 lalu ambl sampel air yg akan di amati lalu di
celupkan ke dalam sampel air kemudian tunggu amati perubahan dan lihat hasil
yang menandakan pH perairan tersebut. Penghitungan pohon mangrove dari setiap plot ukuran 1 meter x 1
meter di amati banyaknya jenis pohon, semai atau anakan dalam setiap plot
tersebut. Pengambilan sampel berupa daun,akar,buah dan bunga menunjukan spesies
mangrove yang ada, lakukan identifikasi dari hasil mangrove yang di dapat.
Hitung diameter dari masing-masing pohon,semai atau anakan yang berada dalam
stasiun pengamatan.Pengambilan benthos dilakukan secara langsung dengan
menggunakan paralon yang di masukan dalam dasar substrat perairan per plot.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
DATA HASIL TRANSEK MANGROVE
NO
|
TRANSEK
|
NO. PLOT
|
POHON
|
ANAKAN
|
SEMAI
|
||||||
SP
|
IND
|
DB
|
SP
|
IND
|
DB
|
SP
|
IND
|
DB
|
|||
1
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
A
|
9
|
2 cm
|
-
|
-
|
-
|
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
A
|
9
|
3,3 cm
|
-
|
-
|
-
|
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
A
|
12
|
2,5 cm
|
A
|
3
|
0,5 cm
|
|
|
4
|
-
|
-
|
-
|
C
|
54
|
3 cm
|
-
|
-
|
-
|
|
|
5
|
-
|
-
|
-
|
B
|
8
|
1,75 cm
|
B
|
4
|
0,48 cm
|
|
|
6
|
-
|
-
|
-
|
A
|
10
|
2,4 cm
|
A
|
1
|
0,3 cm
|
DATA HASIL TRANSEK MANGROVE
NO.
PLOT
|
JENIS MANGROVE
|
GAMBAR(BUNGA,BUAH,
DAUN
|
Klasifikasi
|
||||||||||||||||||
1
|
A.(Rhizophora
apiculata)
|
|
|
||||||||||||||||||
2
|
A.(Rhizophora
apiculata)
|
|
|||||||||||||||||||
3
|
A.(Rhizophora
apiculata)
|
|
|||||||||||||||||||
4
|
C .(Avicenia
marina)
|
|
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas
:Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Acanthaceae
Genus : Avicennia
Spesies : Avicennia
marina.
|
||||||||||||||||||
5
|
B .(Rhizhophora
stylosa
)
|
|
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Malpighiales
Family
: Rhizophoraceae
Genus
: Rhizophora
Species : Rhizophora stylosa
|
||||||||||||||||||
6
|
A (Rhizhophora
apiculata)
|
|
|
Ket :
SP : KODE JENIS TANAMAN MANGROVE
IND : JUMLAH TEGAKAN TANAMAN MANGROVE
DB : DIAMETER BATANG TANAMAN MANGROVE
DATA HASIL BENTHOS
NO
PLOT
|
JENIS
BENTHOS
|
JUMLAH
BENTHOS
|
GAMBAR
|
KLASIFIKASI
|
1
|
Gastropoda
|
1
|
|
Class
: Gastropoda
Famili: Potamididae
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
Bivalvia
|
1
|
|
Kingdom : Animalia
Phylum: Mollusca Class: Bivalvia Subclass : Pteriomorpha Order: Arcoida Famili: Arcidae Genus: Anadara
Spesies: Anadara
granosa
|
4
|
|
4
|
|
|
5
|
-
|
|
-
|
-
|
6
|
-
|
|
-
|
-
|
Parameter Fisika
Suhu 29o C
PEMBAHASAN
Gambar jenis mangrove Rhizophora
stylosa.
Bentuk : Tree Bung :
Axiliary
Daun
: Lancet Buah : Bean-Like
Akar :
Akar Tunjang
Klasifikasi R. Syilosa :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Family : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Species : Rhizophora stylosa
Morfologi mangrove jenis Rhizophora stylosa memiliki ulit kayu halus, bercelah, berwarna abu-abu
hingga hitam. Memiliki akar tunjang dengan panjang hingga 3 m, dan akar udara
yang tumbuh dari cabang bawah. Daun berkulit, berbintik teratur di lapisan
bawah. Gagang daun berwarna hijau, panjang gagang 1-3,5 cm, dengan pinak daun
panjang 4-6 cm. Unit dan letak : sederhana dan berlawanan. Bentuk : elips
melebar. Ujung daun meruncing, gagang kepala bunga seperti cagak, biseksual,
masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak
bunga di ketiak daun. Formasi bunga kelompok (8-16 bunga per kelompok). Daun
mahkota ada 4; putih, ada rambut. Kelopak bunga: 4; kuning hijau, panjangnya
13-19 mm. Benang sari ada 8; dan sebuah tangkai putik, panjang 4-6 mm. Buah :
Panjangnya 2,5-4 cm, berbentuk buah pir, berwarna coklat, berisi 1 biji fertil,
Hipokotil silindris, berbintil agak halus. Leher kotilodon kuning kehijauan
ketika matang. Ukuran hipokotil : panjang 20-35 cm (kadang sampai 50 cm) dan
diameter 1,5-2,0 cm (Noor, et al., 1999). R. stylosa tumbuh pada habitat
yang beragam di daerah pasang surut, lumpur, pasir dan batu, menyukai pematang
sungai pasang surut, tetapi juga sebagai jenis pionir di lingkungan pesisir
atau pada bagian daratan dari mangrove. Satu jenis relung khas yang bisa
ditempatinya adalah tepian mangrove pada pulau/substrat karang. Rhizophora stylosa menghasilkan bunga
dan buah sepanjang tahun.
KESIMPULAN DAN SARAN
Menurut Kusmana dkk., (2005) hutan
mangrove adalah suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama
di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang waktu air laut
pasang dan bebas dari genangan pada saat air laut surut, yang komunitas
tumbuhannya toleran terhadap garam. Adapun ekosistem mangrove merupakan suatu
sistem yang terdiri atas organisme yang berinteraksi dengan faktor lingkungan
di dalam suatu habitat mangrove. Fungsi ekologis hutan mangrove
antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat
(tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan
pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground)
bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi
ekonominya antara lain: penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan
industri, dan penghasil bibit.
Mangrove
memiliki fungsi yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan mahluk hidup di
bumi,sehingga kelestraian ekosistem harus tetap terjaga dan seimbang sehingga
kesadaran untuk menjaga dan melestarikan ekosistem mangrove ini perlu ada
dukungan dari pihak masyarakat luas maupun pemerintah setempat.
DAFTAR
PUSTAKA
Wirjodarmodjo,
H., S.D. Soeroso dan S. Bambang. 1979. Pengelolaan Hutan Payau Cilacap.
Prosiding Seminar Ekosistem Hutan Mangrove. Jakarta: Lembaga
Oseanologi Nasional LIPI.
Wardrup, J.A.,
1987. The effects of oils and dispersants on mangroves: a review and
bibliography. Occasional paper no. 2: Environmental Studies. Adelaide:
University of Adelaide.
Widodo, H. 1987.
Mangrove hilang ekosistem terancam. Suara Alam 49: 11-15.
Winarno, K. dan
A.D. Setyawan. 2003. Penyudetan Sungai Citanduy, buah simalakama konservasi
ekosistem mangrove Segara Anakan Biodiversitas 4 (1): 63-72.
Thom, B.G. 1967.
Mangrove ecology and deltaic geomorphology: Tabasco, Mexico. Journal of
Ecology 55: 301-343
Sukardjo,
S. 1985. Laguna dan vegetasi mangrove. Oseana 10 (4): 128-137
Sukardjo, S.
1989. The mangrove forests of Java and Bali (Indonesia). Symposium on
Mangrove Management. Biotrop Special Publication No 37.
Soewarno,
H. 1982. The Cilacap Mangrove Ecosystem. Jakarta: Lapan.
Wardrup, J.A.,
1987. The effects of oils and dispersants on mangroves: a review and
bibliography. Occasional paper no. 2: Environmental Studies. Adelaide:
University of Adelaide.
Soemodihardjo, S
and S. Ishemat. 1989. Country Report: Indonesia, The Status of Mangrove Forests
in Indonesia,Symposium on Mangrove Management. Biotrop Special Publication
No 37.
Kartawinata, K.
1979. Status pengetahuan hutan bakau di Indonesia. Prosiding Seminar
Ekosistem Hutan Mangrove. Jakarta: MAP LON LIPI.
Kitamura, S., C.
Anwar, A. Chaniago, and S. Baba. 1997. Handbook of Mangroves in Indonesia;
Bal & Lombok. Denpasar: The Development of Sustainable Mangrove Management
Project, Ministry of Forest Indonesia and Japan International Cooperation
Agency.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar