PEMBUATAN
TERASI REBON
HENITA
4443120684
JURUSAN
PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014
ABSTRAK
Terasi adalah
produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui
proses pemeraman atau fermentasi, disertai
dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Praktikum
pembuatan Terasi Rebon dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 3 Desember 2014 pukul 10.00 sampai dengan 12.00
WIB di laboratorium TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil Perairan) Fakultas
Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Tujuan dalam praktikum ini untuk
mengetahui cara pembuatan terasi dengan konsentrasi
garam yang berbeda. Ada dua macam terasi diperdagangkan di pasar , yaitu terasi
udang dan terasi ikan. Jenis terasi udang umumnya mempunyai warna cokelat
kemerahan pada produk yang dihasilkan, sedangkan
pada terasi ikan hasil nya berwarna kehitaman. Proses pembuatan terasi meliputi
pencuncian, penggilingan, penggaraman, pemeraman 1 dan pemeraman 2 serta
pengeringan.
Kata
kunci : garam,
terasi, uang rebon
PENDAHULUAN
Dalam
industri pengolahan ikan, kesempurnaan penanganan ikan segar memegang peranan
penting karena hal ini menentukan hasil olahan, sehingga perlu dipikirkan suatu
teknologi yang dapat memperbaiki penanganan pasca panen dan dapat
menganekaragamkan hasil olahan dari ikan. Alternatif penanganan ikan yang
hingga kini masih dilakukan secara tradisional adalah olahan pembuatan terasi.
Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005) terasi adalah salah satu produk hasil
fermentasi ikan (atau udang) yang hanya mengalami perlakuan penggaraman (tanpa
diikuti dengan penambahan asam), kemudian dibiarkan beberapa saat agar terjadi
proses fermentasi. Prinsip dari
fermentasi ikan atau udang adalah fermentasi didalam larutan garam atau dengan
penambahan garam kristal sehingga terbentuk flavour yang masih enak atau
falvour yang menyerupai daging. Proses dari fermentasi dari substrat tidak
diharapkan sempurna dalam pembuatan bagoong (terasi) karena produk harus
mengandung protein yang terhidrolisis atau tanap hidrolisis. Salah satu
perubahan selama fermentasi yang diharapkan adalah liquid fiksi. Setelah
proses penggaraman, cairan dari dalam ikan (udang) terekstrak keluar. Kandungan
nitrogen pada cairan mula-mula rendah tapi setelah disimpan beberapa hari,
yaituselama proses fermentasi menyebabkan terjadinya proses hidrolisis protein
sehingga kandungan nitrogen terlarut naik.
Terasi biasanya
menngunakan bahan dari ikan-ikan kecil seperti ikan teri atau udang rebon. Pada
praktikum kali ini menggunakan udang rebon yang selama ini udang rebon sering
dikategorikan sebagai udangnya kaum marginal. Dibandingkan dengan udang lainnya, rebon jauh
lebih murah harganya. Namun, dari nilai
gizi, udang rebon tidak kalah dari jenis udang lain. Keunggulan dari udang
adalah kandungan kalsiumnya yang tinggi.
Pada umumnya masyarakat menggunakan terasi sebagai penyedap rasa atau bumbu
tambahan dalam masakan. Bau nya yang khas menambah aroma dan cita rasa pada
makanan. Sehingga dalam hal ini
pengetahuan mengenai pembuatan terasi dengan konsentrasi garam yang berbeda
cukup penting untuk diketahui sebagai bentuk kemampuan dalam pengolahan hasil
sumberdaya perairan (udang rebon) dengan bentuk diversifikasi pangan yang
berbeda. Dengan demikian dapat diketahui konsentrasi garam terbaik pada
pembuatan terasi udang rebon.
Adapun tujuan
dalam praktikum ini ialah mengetahui cara pembuatan terasi dengan konsnetrasi garam yang berbeda.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Terasi
Terasi atau belacan adalah salah satu produk
awetan yang berasal dari ikan dan udang
rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran
terasi. Pada umumnya bentuk terasi
berupa padatan, kemudian teksturnya agak kasar, dan memiliki khas aroma yang tajam akan tetapi rasanya gurih (Pierson,
2013).
Ada dua macam terasi diperdagangkan di pasar , yaitu terasi
udang dan terasi ikan. Jenis terasi udang
umumnya mempunyai warna cokelat kemerahan pada produk yang dihasilkan, sedangkan pada terasi ikan
hasil nya berwarna kehitaman. Terasi biasa digunakan sebagai penyedap sehingga
pemakaian terasi dalam masakan sangat
sedikit, hal ini mengakibatkan kandungan
yang terdapat dalam terasi tidak banyak berperan (Yuniar,2010). Terasi merupakan
produk awetan ikan atau rebon yang telah diolah dengan proses pemeraman dan
fermentasi, lalu dilakukan penggilingan dengan cara penumbukan dan penjemuran selama
beberapa hari. Proses pembuatan produk terasi juga ditambahkan garam yang
berfungsi untuk bahan pengawet, bentuknya seperti pasta dan berwarna hitam-coklat,
dan bisa dengan bahan pewarna sehingga menjadi kemerahan.
Kandungan Gizi pada Terasi
Kandungan unsur gizi
dalam proses 100 gr terasi menurut Suprapti (2001) sebagai berikut:
No.
|
Nama Unsur
|
Kadar Unsur
|
1.
|
Protein
|
30,0 gr
|
2.
|
Lemak
|
3,5 gr
|
3.
|
Karbohidrat
|
3,5 gr
|
4.
|
Mineral
|
23,0 gr
|
No.
|
Nama Unsur
|
Kadar Unsur
|
5.
|
Kalsium
|
100,0 mg
|
6.
|
Fosfor
|
250,0 mg
|
7.
|
Besi
|
3,1 mg
|
8.
|
Air
|
40,0 gr
|
Standar Mutu
Terasi
Berdasarkan SNI 2716.1 – 2009, SNI 2716.2–2009
dan SNI2716.3–2009, terasi udang adalah produk olahan hasil perikanan dengan
menggunakanbahan baku yang mengalami perlakuan fermentasi. Bahan baku utama
untuk membuat terasi udang yaitu udang segar dan udang kering. Jenis bahan baku
yang digunakan yaitu udang rebon.
Bahan baku kering secara
organoleptik mempunyai karakteristik sebagai berikut. :
Kenampakan : utuh, bersih, warna spesifik jenis
Bau : spesifik jenis
Tekstur : padat, kompak
METODOLOGI
Praktikum
Teknologi Pengolahan Hasil Perairan kali ini yang berjudul “Pembuatan terasi
Udang rebon ” dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 3 Desember 2014 pukul 10.00 sampai dengan 12.00 WIB di
laboratorium TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil Perairan) Fakultas Pertanian Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
Alat-alat yang digunakan diantaranya
yaitu timbangan, nampan, kendi, ulekan , Sedangkan bahan-bahan yang digunakan
pada praktikum ini, yaitu udang rebon,daun pisang, garam, air.
Prosedur kerja
dalam pembuatan terasi adalah udang dibagi perkelompok berat sama rata. Kemudian
haluskan udang rebon menggunakan ulekan setelah itu campur dengan garam sesuai
porsi yang sudah ditetapkan pada masing-masing kelompok ,homogenkan hingga
merata dan tambahkan sedikit air. Bungkus menggunakan dengan daun pisang. Lalu fermentasikan
kedalam kendi selama beberapa hari dan keringkan.
KESIMPULAN
DAN SARAN
. Alternatif penanganan ikan yang hingga kini masih dilakukan secara
tradisional adalah olahan pembuatan terasi. Ada dua macam terasi diperdagangkan di pasar , yaitu terasi
udang dan terasi ikan. Jenis terasi udang umumnya mempunyai warna cokelat
kemerahan pada produk yang dihasilkan, sedangkan
pada terasi ikan hasil nya berwarna kehitaman. Proses pembuatan terasi meliputi
pencuncian, penggilingan, penggaraman, pemeraman 1 dan pemeraman 2 serta
pengeringan.
Diharapkan
untuk praktikum selanjutnya akan lebih baik lagi, tertib dan nyaman. Selain itu
diharapkan pula agar praktikum ini dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-
hari sehingga dapat dikembangkan dan diberitahukan kepada masyarakat luas
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, 2007. Pengolahan
dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta
Afrianto, E dan E. Liviawaty, 2005. Pengawetan dan
Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Arifudin, R.
1983. Bandeng duri lunak dalam Kumpulan Hasil Penelitian Teknologi Pasca Panen Perikanan. BPTP. Jakarta.
Badan
Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Idonesia No. 01-2729.1-2006
Mutu Ikan Segar. Jakarta.
Badan
Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Idonesia No. 4106.1-2006 Bandeng
Presto Bagian I. Jakarta.
Direktorat Pemasaran Dalam Negeri.
2012. Warta Pasar Ikan dan Kemandirian Pangan. Dirjen PPHP
Purnomowati,
I. 2006. Bandeng Duri Lunak. Kanisius. Yogyakarta
Saleh, 2002.
Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Pasca Panen Perikanan. Pusat Riset
Pengolahan Produk Dan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan Badan Riset
Kelautan Dan Perikanan Departemen Kelautan Dan Perikanan. Jakarta.
Suprapti., M.L, 2002. Membuat Terasi. Kanisius.
Yogyakarta
Teknologi
desa.Jakarta : Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kerja,
1983. Seri PengolahanPangan. Hal. 14-16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar