welcome to my blog

welcome to my blog
henitayahya

Kamis, 04 Desember 2014

PENGAMBILAN ERITROSIT PADA IKAN NILA




Prak Kesehatan Ikan ke-6                                           Selasa, 25 November 2014   
             Asisten Lab : Pradana

PENGAMBILAN ERITROSIT PADA IKAN NILA
(Oreochromis niloticus)
Henita
4443120684
Kelompok : 3
Shift : 2

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014
 

ABSTRAK

Salah satu indikator terjadinya infeksi  pada ikan yaitu adanya perubahan pada gambaran darah. Praktikum Kesehatan Ikan kali ini yang berjudul berjudul “Pengambilan Erirtrosit  pada ikan nila” dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 25 November 2014 pukul 15.00 sampai dengan 17.00 WIB di Laboratorium BDP (Budidaya Perairan ) Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. tujuan dalam praktikum ini ialah untuk untuk mengetahui cara pengambilan dan mengetahui kadar erirosit  pada ikan nila. Berdasarkan perhitungan kadar eritrosit pada ikan nila dengan berat ±20 gram yaitu 15.5000 sel/mm3. Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian dan keadaan stress. Jumlah eritrosit yang banyak menunjukkan besarnya aktivitas hewan tersebut.
Kata kunci : erirosit,hematologis,ikan nila
PENDAHULUAN
 Ikan nila  (Oreochromis niloticus) terkenal sebagai  ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan hidup.  Ikan nila dapat hidup di lingkungan air tawar, air  payau, dan air asin (Suyanto, 2005). Perubahan lingkungan tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada ikan nila. Sistem peredaran darah dapat dijadikan parameter mendiagnosa ikan mengalami gangguan kesehatan atau tidak.Sistem peredaran darah  pada semua organisme merupakan proses fisiologis yang sangat penting. Untuk melakukan aktivitas, sel jaringan, maupun organ membutuhkan nutrisi dan oksigen. Bahan-bahan ini dapat disuplai hanya bila peredaran darah berjalan normal. Karenanya, semua semua fungsi dari setiap organ dalam tubuh kadang-kadang dapat dilihat pada darah. Darah diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah oleh pemompaan jantung. Darah pada umumnya terdiri dari plasma, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan sel darah pembeku (trombosit). Salah satu indikator terjadinya infeksi  pada ikan yaitu adanya perubahan pada gambaran darah. Ikan yang terinfeksi akan  mengalami perubahan pada konsentrasi hemoglobin, jumlah leukosit total dan jumlah  eritrosit. (Lagler et al dalam  Dopongtonung (2008).
Kondisi kesehatan ikan nila sulit ditentukan  secara visual, karena ikan nila seringkali tidak  menunjukkan tanda-tanda yang mengindikasikan ikan  tersebut terserang suatu penyakit. Oleh karena itu, para  petani ikan tetap mempertahankan cara budidaya yang  selama ini mereka lakukan. Dengan demikian, diperlukan  metode lain untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan nila, selain pengamatan morfologi, dan gejala klinis yang tampak dari luar. Pemeriksaan parameter hematologis  terhadap nila perlu dilakukan. Pemeriksaan parameter  hematologis meliputi pemeriksaan nilai hematokrit, kadar  hemoglobin, jumlah sel darah merah(eritosit), jumlah sel darah putih  dan pengamatan parasit yang terdapat dalam darah. Sehingga dalam praktikum ini dilakukan pengukuran kadar eritrosit  pada ikan nila sebagai langkah yang nantinya dapat di aplikasikan ke kehidupan sehari-hari.
Adapun tujuan dalam praktikum ini ialah untuk mengetahui cara pengambilan dan mengetahui kadar erirosit  pada ikan nila.

METODOLOGI
Praktikum Kesehatan Ikan kali ini yang berjudul “Pengambilan Eritrosit pada Ikan Nila” dilaksanakan pada hari rabu, tanggal  25 November 2014 pukul 15.00 sampai dengan 17.00 WIB di Laboratorium BDP (Budidaya Perairan ) Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Alat-alat yang digunakan diantaranya yaitu syringe, pipet sahli, pipet tetes, mikroskop, haemocytometer, batang pengaduk, baskom. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu ikan nila dan cairan anti koagulan,air aquades.
 Prosedur kerja dalam pengukuran haemoglobin ikan nila adalah langkah pertama lakukan pengambilan darah pada bagian vertebratae ikan nila dengan menggunakan sirink. Kemudian hisap menggunakan pipet sahli pada skala merah hingga menunjukan sakala 1. Tambahkan larutan hayems sampai skala 101 aduk darah dengan memebentuk angka 8 sekitar 3-5 menit agar darah dan larutan hayems homogen. Setelah itu 2 tetes pertama larutan darah dalam pipet dibuang, teteskan pada haemocytometer type Nauber dan tutup dengan gelas penutup. Amati darah dan hitung menggunakan mikroskop dengan pembesaran 400 x. Dan langkah terakhir jumlah eritrosit total dihitung 5 kotak kecil dan konfersikan jumlah total kottak kecil sehingga didapat sel darah merah permili.

Diagram alir
ikan ditimbang
pengambilan darah pada ikan nila dengan sirink
hisap dengan pipet yang berisi bulir pengaduk (merah,skala 1)
tambahkan larutan hayems sampai skala 101
aduk darah dengan memebentuk angka 8 selama 3-5 menit
2 tetes pertama larutan darah dalam pipet dibuang, teteskan pada haemocytometer type Nauber dan tutup dengan gelas penutup


 
hitung jumlah sel darah merah dengan mikroskop pembesaran 400 x
jumlah eritrosit total dihitung 5 kotak kecil dan konfersikan jumlah total kottak kecil sehingga didapat sel darah merah permili

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran eritrosit ikan nila yang diperoleh kelompok 3 yaitu sebagai berikut:
Hasil Praktikum Kesehatan ke-6
Rumus :            
                         
                                  
Berdasarkan perhitungan kadar eritrosit pada ikan nila dengan berat ±20 gram yaitu 15.5000 sel/mm3. Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian dan keadaan stress. Jumlah eritrosit yang banyak menunjukkan besarnya aktivitas hewan tersebut. Hewan yang aktif bergerak akan memiliki eritrosit yang banyak karena akan mengkonsumsi banyak oksigen, sebab eritrosit berfungsi sebagai transport oksigen dalam darah (Oktavia, 2011). Peningkatan total eritrosit menandakan adanya upaya homeostasis pada tubuh ikan (infeksi patogen) tubuh memproduksi sel darah lebih banyak untuk menggantikan eritrosit yang mengalami lisis akibat adanya infeksi. Penurunan eritrosit mengindikasikan adanya anemia pada ikan yang ditandai adanya pendarahan pada organ ginjal ikan (Hardi dkk, 2011). Menurut Lagler et al (1977) dalam Dopongtonung (2008), dalam jurnal ilmiah yang berjudul  Gambaran Darah Ikan Lele ( Clarias spp) yang  Berasal Dari Daerah Laladon-Bogor” bahwa parameter darah yang dapat memperlihatkan adanya gangguan yaitu nilai hematokrit, hemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah merah), dan jumlah leukosit (sel darah putih).
Darah ikan terdiri dari 55% cairan plasma yang komponen primernya adalah air, sedangkan komponen seluler (sel-sel darah) yang berada dalam plasma kurang lebih 45% sel-sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit (Yuwono, 2001). Plasma darah merupakan komponen cairan yang mengandung ion-ion dan molekul organik yang meliputi protein, elektrolit, molekul sampah, zat pengatur dan zat-zat terlarut. Fungsi sel darah merah adalah untuk mengangkut hemoglobin yang berperan membawa oksigen dari insang ke paru-paru kemudian ke jaringan. Selain itu, berfungsi untuk mengkatalis reaksi antara karbondioksida dan air (Fujaya, 2002). Banyaknya sel darah merah dapat diketahui dengan menambahkan larutan hayem sehingga mempermudah memberikan warna pada sampel darah yang diperoleh (Jastrzbska, 2005).


KESIMPULAN DAN SARAN

 Berdasarkan perhitungan kadar eritrosit pada ikan nila dengan berat ±20 gram yaitu 15.5000 sel/mm3. Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian dan keadaan stress. Jumlah eritrosit yang banyak menunjukkan besarnya aktivitas hewan tersebut. Eritrosit memiliki fungsi sebagai trasport oksigen pada darah sehingga ikan yang memiliki gerakan renang yang aktif memiliki eritrosit yang banyak karena akan mengkonsumsi banyak oksigen. Peningkatan total eritrosit menandakan adanya upaya homeostasis pada tubuh ikan (infeksi patogen) tubuh memproduksi sel darah lebih banyak untuk menggantikan eritrosit yang mengalami lisis akibat adanya infeksi. Kadar eritrosit dapat mengindifikasikan adanya gangguan pada sistem ginjal ikan sehingga menyebabkan pendarahan pada ginjal ikan atau penyakit anemia pada ikan.

Dalam melakukan praktikum sebaiknya disiplin dan selalu berhati-hati bagi setiap praktikan dan selalu menjaga kordinasi antara praktikan dan asisten guna tercipta praktikum yang baik dan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Alamanda I. E, N S H, dan Budiharjo A.2007.Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan Endoparasit  Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo ( Clarias  gariepinus ) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali”. Universitas Sebelas Maret, Surakarta 57126. vol 8 hlm 34-38
Affandi, R. dan U.M. Tang. 2002.  Fisiologi Hewan Air . UNRI - Press. Pekanbaru.
Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum . Penerbit  Kanisius, Yogyakarta.
Dopongtonung, Asriyani. 2008. Gambaran Darah Ikan Lele ( Clarias spp) yang  Berasal Dari Daerah Laladon-Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB: 36 hlm
Rukmana, H.R. 1997. Ikan Nila Budi Daya dan Prospek  Agribisnis.Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Salasia, S.I.O., D. Sulanjar. , dan A. Ratnawati. 2001. Studi  hematologi ikan air tawar.  Biologi 2(12):710-723.
Santoso, S. 1998. Toksisitas air limbah industri pulp proses soda  terhadap benih ikan mas (Cyprinus carpio L). Jurnal Universitas Sudirman2 (XIV):5-10.

Sugito, Nurliana, D. Aliza, dan Samadi. 2012. Suplementasi Daun  Jaloh dalam Pakan Ikan Sebagai Metode Pengendalian Dampak  Stres dan Penigkatan Suhu Lingkun gan.  Laporan Hasil Penelitian. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Suyanto, S.R. 2005.  Nila . Penerbit Swadaya, Bogor
Zuhrawati N.A.2014. Pengaruh Peningkatan Suhu Terhadap Kadar Hemoglobin Dan Nilai Hematokrit  Ikan Nila  (Oreocrhomis Niloticus). Jurnal Medika Veterinaria. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.vol 8 no 1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar