BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di perairan air tawar terdapat organisme yang
berdasarkan cara hidupnya dibedakan atas plankton, neuston, nekton dan bentos.
Tumbuh-tumbuhan yang mudah terlihat oleh mata disebut makrofita. Keberadaan
makrovita diperairan dapat digunakan sebagai naungan dan tempat makan untuk
berbagai jenis hewan, member ruang hidup pada mikroorganisme dan menjaga
keseimbangan proses dekomposisi bahan organic dalam menyerap karbondioksida dan
melepas oksigen. Fitoplankton diperaiaran air tawar didominasi oleh alga hijau.
Fitoplankton dikonsumsi oleh zooplankton dan ikan.
Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter
ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan.Fitoplankton
menghuni hampir setiap ruang dalam massa air yang dapat dicapai oleh sinar
matahari (zone eufotik), dan merupakan komponen flora yang paling besar
peranannya sebagai produsen primer di suatu perairan (Nontji, 1984). Fitoplankton
terdiri dari beberapa klas, dimana taksonomi fitoplankton telah mengalami
berbagai revisi dan wakil nama klas fitoplankton yang berlaku seat ini, serta
distribusinya masing-masing kelas.
Perkembangan
fitoplankton sangat dipengaruhi oleh zooplankton Nybakken (1992) dengan
mengemukakan teori grazing, yang menyatakan jika di suatu perairan
terdapat populasi zooplankton yang tinggi maka populasi fitoplankton
akan menurun karena dimangsa oleh zooplankton. Pertumbuhan fitoplankton
adalah mengikuti laju pertumbuhan yang differensial, zooplankton mempunyai
siklus reproduksi lebih lambat maka untuk mencapai populasi maksimum akan
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan fitoplankton. Steeman-Nielsen
(1975) in Basmi (1988). Ada hubungan yang sangat erat antara
fitoplankton dengan zooplankton, pada musim panas jumlah fitoplankton akan
melebihi zooplankton sedangkan pada musim penghujan jumlah fitoplankton menurun
akibat berkurangnya sinar matahari sehingga jumlah zooplankton melebihi
fitoplankton. Oleh karena itu perairan dapat berubah-ubah kerana perubahan
lingkungan dengan demikian pengetahuan tentang fitoplankton perlu dikaji
sebagai salah satu organisme yang memiliki pengaruh penting terhadap ekosistem
perairan.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam
praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat mengetahui cara kultur fitoplankton
skala intermediet dan untuk mengamati pertumbuhan fitoplankton
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Fitoplankton
Fitoplankton adalah komponen autotrophic dari plankton. Nama berasal dari bahasa Yunani
kata (phyton), yang berarti "tanaman", dan (planktos), yang berarti
"pengembara" atau "gelandangan". Fitoplankton sebagai
tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu melaksanakan reaksi fotosintesis
diimana air dan karbondioksida dengan adanya sinar surya dan garam-garam hara
dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat. Fitoplankton memberi
kontribusi yang besar terhadap produktivitas primer di lautan. Banyak proses
biotik dan abiotik mempengaruhi variabilitas keanekaragaman fitoplankton di
perairan. Intensitas dan frekuensi proses-proses ini dapat menyebabkan dinamika
tidak merata (non-equilibrum) dan
meningkatkan keanekaragaman jenis.
Fitoplankton
merupakan sekelompok organisme yang memegang peranan sangat penting dalam
ekosistem air, karena hidup fitoplankton terutama pada lapisan perairan yang
mendapat cahaya matahari yang dibutuhkan dan mempunyai kandungan klorofil yang
mampu melakukan proses fotosintesis. Proses fotosintesis pada ekosistem air
yang dilakukan oleh fitoplankton sebagai produsen merupakan sumber energi utama
bagi kelompok organisme air lainnya yang berperan sebagai konsumen, dimulai
dengan zooplankton dan di ikuti oleh organisme air lainnya seperti ikan melalui
rantai dan jaring-jaring makanan.
2.3 Jenis dan Keanekaragaman
Fitoplankton
Fitoplankton
terdiri dari berbagai jenis ganggang yaitu:
1. Cyanophyta
(ganggang hijau biru)
2. Chlorophyta
(ganggang hijau)
3. Alga
Kuning-Hijau (Xanthophyceae)
4. Alga
Coklat-keemasan
5. Diatoms
(Bacillariophyceae)
6. Cryptophyceae
(kriptofita)
7. Dinophyceae
(dinoflagellata)
8. Euglenophyta
(kelompok euglena)
9. Alga
Coklat dan Merah
2.3
Parameter kepadatan Fitoplankton
Fitoplankton
mencukupi kebutuhan energi dan karbon melalui fotosintesis. Nutrien yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit pada umumnya adalah vitamin, seperti
cyanocobalamin, thiamine, dan biotin. Fitoplankton memerlukan sekitar 20
unsur-unsur untuk pertumbuhan, tetapi hanya karbon, nitrogen dan fosfor yang
benar-benar diperlukan sehingga ketidakhadiran unsur
tersebut dapat mengatasi laju pertumbuhan fitoplankton. Semua unsur-unsur
tersebut terdapat di dalam air pada konsentrasi lebih rendah dibanding yang
diperlukan oleh sel, oleh sebab itu fitoplankton memiliki mekanisme yang
berkaitan dengan enzim untuk memasukkan unsur tersebut ke dalam sel.
1.
Kualitas air.
· Suhu
Organisme
diperairan umumnya memiliki toleransi yang sempit terhadap suhu. Perubahan suhu
mengakibatkan perubahan pola sirkulasi dan stratifikasi yang jelas berpengaruh
besar atas kehidupan organisme akuatik, suhu optimum pada perairan berkisar
antara 30-35 oC (Odum 1971). Menurut (APHA 1995), suhu air
dipengaruhi oleh substrat, kekeruhan, suhu, tanah dan air hujan, serta
pertukaran panas udara dan permukaan air.
· Derajat
keasaman (pH)
Nilai
pH didefinisikan sebagai logaritma dari perbandingan timbal balik antara ion
hidrogen bebas. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain
aktivitas biologi, suhu, kandungan oksigen, dan adanya ion-ion. Dari hasil
aktivitas biologi dihasilkan CO2 yang merupakan hasil respirasi, CO2 inilah
yang akan membentuk ion buffer atau penyangga untuk kisaran pH diperairan agar
tetap stabil (Pescod, 1973).
· Kecerahan
Kecerahan
menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang
diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air.
· Unsur
hara.
o
Nitrogen
Senyawa nitrogen
ditemukan pada tumbuhan dan hewan sebagai penyusun protein dan klorofil.
Nitrogen adalah unsur penting bagi makhluk hidup disamping karbon, hidrogen,
dan oksigen. Nitrogen adalah komponen utama di dalam metabolisme protein.
Nitrogen di perairan berada dalam bentuk senyawa anorganik seperti nitrit
(NO2), nitrat (NO3), amonium (NH4), dan amonia (NH3)
o
Fosfor
Fosfor yang berada
dalam perairan umumnya ditemukan dalam bentuk senyawa organik dan anorganik.
Senyawa anorganik berada dalam bentuk fosfat dan polifosfat, sedangkan yang
berbentuk senyawa organik berupa gula fosfat dan hasil-hasil oksidasinya
merupakan senyawa yang tidak mudah terurai.
BAB III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
Teknik Produksi dan Pemberian Pakan kali
ini yang berjudul “Pengamatan Fitoplankton (Thallassiosira
Sp)” dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 10 November 2014 pukul 19.00
sampai dengan 21.00 WIB di Laboratorium TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil
Perairan ) Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3.2
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan
dalam kultur fitoplankton adalah tiga buah botol aqua ukuran 1,5 liter,
aerator, gelas ukur, gallon tempat air laut, ember, aquarium, refraktometer,
kertas lakmus, thermometer, timbangan digital, plastic, lux meter, aquades, sedangkan alat yang digunakan saat pengamatan
adalah mikroskop, computer,
haemocytometer, cover glass, dan
alat tulis.sedangkan bahan yang dipakai dalam praktikum ini adalah :
inokulan fitoplankton yaitu chaetoceros
sp, pupuk seperti, urea, TSP, NPK, silikat, Vitamin, air laut dan air
tawar.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan
dalam praktikum ini adalah siapkan alat
dan bahan untuk kultur, hitung salinitas air laut menggunakan refraktometer
untuk menentukan berapa banyak campuran antara air laut dan air tawar agar
menghasilkan salinitas yang diinginkan untuk kultur fitoplankton (Thallassiosira sp) yaitu 28 ppt sebanyak 8
liter untuk dua kelompok, masing-masing kelompok sebanyak 4 liter. Kemudian
masukan kaporit sebanyak 0,02 gram dan diberi aerator agar larut merata yang
berfungsi untuk mensterilkan air laut. Lau tunggu selama 15 menit agar kaporit
larut dalam air setelah itu masukan thiosulfat 0,02 gram utuk menetralkan
kandungan chlorine pada kaporit, kemudian dibiarkan selama beberapa aerator
dengan terus diberi aerator agar kaporit dan thiosulfat larut dalam air.
Setelah itu masukan air dengan salinitas 28ppt tersebut kedalam 3 botol air
mineral 1,5 liter, masing-masing botol berisi 900 ml air dengan salinitas
28ppt. kemudian masukan pupuk, sebagai berikut : pertama masukan urea, kemudian
masukan NPK setelah itu TSP, lalu ambil
vitamin menggunakan mikropipet sebanyak 0,1 ml masukan kedalam air untuk kultur
dan terakhir masukan silikat. Dengan selang waktu pemberian pupuk 1 menit untuk
masing-masing pupuk. Setelah seluruh pupuk tercampur dalam air kemudian masukan
inokulan Thallassiosira sp sebanyak
100 ml untuk masing-masing botol dan terus diberi aerasi.
Adapun prosedur kerja yang
dilakukan selama pengamatan adalah sabagai berikut: lakukan pengamatan
kepadatan jumlah sel Thallassiosira
sp dengan
waktu pengamatan mulai dari jam ke- 0,6,12,18,24,30,48,72. Sedangkan untuk
waktu pengukuran parameter dilakukan setiap 24 jam sekali yaitu pada pukul
18.30 setiap hariny sampai selesai. parameter yang diamati adalah salinitas
yang diukur menggunakan refraktometer, intensitas cahaya menggunakan lux meter,
PH menggunakan kertas lakmus, suhu menggunakan thermometer. Mengitung jumlah
kepadatn sel Thallassiosira
sp , yaitu dengan cara mengambil sampel air
kultur menggunakan mikropipet sebanyak 1 ml, lalu masukan kedalam
haemocytometer dan hitung jumlah sel Thallassiosira
sp
dengan melihatnya dibawah mikroskop, kotak
yang diamati yaitu kotak nomor 1, 5, 13, 21 dan 25. Kemudian lakukan ulangan
sebanyak 2 kali untuk masing-masing botol, lalu hitung jumlah kepadatan sel Thallassiosira sp untuk
tiap botol. Setelah tu buatlah grafik pertumbuhan Thallassiosira
sp.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Hasil pengamatan fitoplankton Thallasiosera sp kelompok 3 dan 4 :
4.2 Pembahasan
Thallassiosira
sp termasuk dalam fitoplankton yang memiliki
ciri-ciri diatom berwarna coklat, sel membentuk untaian rantai, sel berbentuk silinder/tong, tidak bergerak, berukuran
4 μm, salinitas 26 hinga 32 ppt, dan
untuk suhu optimum berkisar sekitar 22-29 ◦ C dadapat dikultur pada medium Guillard f/2 dengan silikat.
Kalsifikasi Thallassiosira
sp
Divisi : Chrysophyta
Kelas :
Bacillariophyceae
Genus : Thalassiosira
Spesies : Thalassiosira
sp
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan dalam
praktikum ini mengenai kultur fitoplakton jenis Thalassiosira sp dengan
pemberian bibit awal 10000 sel/liter. Maka dapt dilihat pada grafik siklus
hidup Thalassiosira sp meiliki garfik
yang berbeda-beda pada setiap pengualangan dengan perlakuan yang sama.
Pertumbuhan
fitoplankton pada saat kultur secara visual ditandai dengan adanya perubahan
warna air dari awalnya bening menjadi berwarna (hijau muda/coklat muda dan
kemudian menjadi hijau/coklat dan seterusnya), perubahan ini disertai dengan
menurunnya transparansi. Kejadian
tersebut merupakan indikasi dari meningkatnya ukuran sel dan bertambah
banyaknya jumlah sel yang secara langsung akan berpengaruh terhadap kepadatan fitoplankton .
Pengamatan dilakukan dengan pengambilan sampel
pada setiap botol ulangan krmudian dihitung kepadtaannya menggunakan mikroskop.
Pada botol pertama atau pengulangan pertama terjadi penurunan yang signifikan
pada jam ke 6 hingga jam ke 8 pada hari kedua. Kemudian mengalami kenaikan
kepadatan pada jam ke 18 hingga jam ke 24 setelah itu kepadatan mengalami
penurunan pada jam ke 24 hingga jam ke 48. Namun pada saat jam ke 48 hingga ke
72 kepadatan mengalami pase stasieonari atau tetap. Jika dibandingkan dengan
pengulangan pada botol 1 dan 2 mengalami perbedaan. Dilihat berdasrarkan grafik
bahwa pada botol ke 2 terjadi penurunan
tingkat kepadatan fitoplankton Thalassiosira
sp yang sangat signifikan pada jam ke 3 hingga ke 18 kenaikan terjadi pada jam
ke 18 hingga jam ke 30. Terjadi penurunan namun terjadi kenaikan lagi pada hari
ke tiga mulai dari pengamatan jam ke 30
sampai jam ke 72. Sedangkan pengulangan pada botol ke 3 pase penurunan pada
saat jam ke 6 hingga jam ke 12. Kemudian terjadi kenaikan namun akhirnya
terjadi penurunan pada hari ke 3 mulai dari jam ke 24 hingga jam ke 72
penurunan kepadatan berlangsung secara bertahap.
Pembahasan
pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa pase pertumbuhan yang terjadi pada fitoplankton terdiri dari Fase
Lag (istirahat) , Fase Logaritmik (pertumbuhan eksponensial) , Fase Stasioner
(pertumbuhan stabil) dan Fase Deklinasi (Kematian). Hal ini
menunjukan bahwa jika dalam grafik pada waktu awal kultur banyak terjadi
penurunan kepadatan hal tersebut kemungkinan terjadi karena bibit fitoplankton
mengalami degradasi atau tidak tumbuh secara otimal sehingga memerlukan
adaptasi yang khusus agar mampu tumbuh dan berkembang. Selain itu juga asupan
protein dan makanan yang diberikan pada saat kultur fitoplankton menjadi hal
yang mendasar yang perlu diperhatikan serta tak lepas dengan lingkungan yang
sesuai seperti cahaya, ph , salinitas, suhu oksigen yang cukup bagi kebutuhan
fitoplankton tersebut.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Pertumbuhan
fitoplankton pada saat kultur secara visual ditandai dengan adanya perubahan
warna air dari awalnya bening menjadi berwarna (hijau muda/coklat muda dan
kemudian menjadi hijau/coklat dan seterusnya), perubahan ini disertai dengan
menurunnya transparansi. Kejadian
tersebut merupakan indikasi dari meningkatnya ukuran sel dan bertambah
banyaknya jumlah sel yang secara langsung akan berpengaruh terhadap kepadatan fitoplankton .
Jika dalam grafik pada waktu awal kultur
banyak terjadi penurunan kepadatan hal tersebut kemungkinan terjadi karena
bibit fitoplankton mengalami degradasi atau tidak tumbuh secara otimal sehingga
memerlukan adaptasi yang khusus agar mampu tumbuh dan berkembang. Selain itu
juga asupan protein dan makanan yang diberikan pada saat kultur fitoplankton
menjadi hal yang mendasar yang perlu diperhatikan serta tak lepas dengan
lingkungan yang sesuai seperti cahaya, ph , salinitas, suhu oksigen yang cukup
bagi kebutuhan fitoplankton tersebut.
5.2
Saran
Dalam melakukan
praktikum sebaiknya disiplin dan selalu berhati-hati selain itu diharapkan
untuk praktikum kedepannya mahasiswa tidak hanya kultur fitoplankton dalam
skala laboratorium melainkan dalam skala budidaya atau industri besar agar
mampu mengaplikasikan dan mengetahui hambatan sera cara meminimalisir
terjadinya kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Jusadi, Dedi.
2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar Modul Budidaya Chlorella. Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional.
Hutabarat, S dan S. M. Evans. 1985.
Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia. Press. Jakarta.
Kholik,
A. 1997. Struktur Komunitas Fitoplankton Pada Daerah Yang Terbuka
Dan Tertutup oleh Gulma Air di Danau Taiwang Kabupaten Sumbawa,
NTB. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Mann, K. H.
1982. Ecology Of Coastal Water; A System Approach. Blackwell-Scientific
Publications. Boston-Melbourne.
Nontji, A. 2002. Laut
Nusantara. PT Djambatan. Jakarta.
Nybakken,
J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan ekologis (Terjemahan oleh
Muh. Edman, Koesoebiono, Dietrich G.B., Malikusworo H., Sukristijono S.).
PT Gramedia. Jakarta.
Odum,
E.P. 1971. Fundamental Of Ecology. Third Edition, W.B.
Sanders. Philadelphia.
Sachlan. 1972.
Planktonology. Correspondence Course Center. Dirjen Perikanan
Departemen Pertanian. Jakarta.
Odum,
E.P. 1971. Fundamental Of Ecology. Third Edition, W.B.
Sanders. Philadelphia.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar