welcome to my blog

welcome to my blog
henitayahya

Sabtu, 22 November 2014

LAPORAN KULTUR FITOPLANKTON




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di perairan air tawar terdapat organisme yang berdasarkan cara hidupnya dibedakan atas plankton, neuston, nekton dan bentos. Tumbuh-tumbuhan yang mudah terlihat oleh mata disebut makrofita. Keberadaan makrovita diperairan dapat digunakan sebagai naungan dan tempat makan untuk berbagai jenis hewan, member ruang hidup pada mikroorganisme dan menjaga keseimbangan proses dekomposisi bahan organic dalam menyerap karbondioksida dan melepas oksigen. Fitoplankton diperaiaran air tawar didominasi oleh alga hijau. Fitoplankton dikonsumsi oleh zooplankton dan ikan.
Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan.Fitoplankton menghuni hampir setiap ruang dalam massa air yang dapat dicapai oleh sinar matahari (zone eufotik), dan merupakan komponen flora yang paling besar peranannya sebagai produsen primer di suatu perairan (Nontji, 1984). Fitoplankton terdiri dari beberapa klas, dimana taksonomi fitoplankton telah mengalami berbagai revisi dan wakil nama klas fitoplankton yang berlaku seat ini, serta distribusinya masing-masing kelas.
Perkembangan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh zooplankton Nybakken (1992) dengan mengemukakan teori grazing, yang menyatakan jika di suatu perairan terdapat populasi zooplankton yang tinggi maka populasi fitoplankton akan menurun karena dimangsa oleh zooplankton. Pertumbuhan fitoplankton adalah mengikuti laju pertumbuhan yang differensial, zooplankton mempunyai siklus reproduksi lebih lambat maka untuk mencapai populasi maksimum akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan fitoplankton. Steeman-Nielsen (1975) in Basmi (1988). Ada hubungan yang sangat erat antara fitoplankton dengan zooplankton, pada musim panas jumlah fitoplankton akan melebihi zooplankton sedangkan pada musim penghujan jumlah fitoplankton menurun akibat berkurangnya sinar matahari sehingga jumlah zooplankton melebihi fitoplankton. Oleh karena itu perairan dapat berubah-ubah kerana perubahan lingkungan dengan demikian pengetahuan tentang fitoplankton perlu dikaji sebagai salah satu organisme yang memiliki pengaruh penting terhadap ekosistem perairan.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat mengetahui cara kultur fitoplankton skala intermediet dan untuk mengamati pertumbuhan fitoplankton
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Fitoplankton
Fitoplankton adalah komponen autotrophic dari  plankton. Nama berasal dari bahasa Yunani kata (phyton), yang berarti "tanaman", dan (planktos), yang berarti "pengembara" atau "gelandangan". Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu melaksanakan reaksi fotosintesis diimana air dan karbondioksida dengan adanya sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat. Fitoplankton memberi kontribusi yang besar terhadap produktivitas primer di lautan. Banyak proses biotik dan abiotik mempengaruhi variabilitas keanekaragaman fitoplankton di perairan. Intensitas dan frekuensi proses-proses ini dapat menyebabkan dinamika tidak merata (non-equilibrum) dan meningkatkan keanekaragaman jenis.
Fitoplankton merupakan sekelompok organisme yang memegang peranan sangat penting dalam ekosistem air, karena hidup fitoplankton terutama pada lapisan perairan yang mendapat cahaya matahari yang dibutuhkan dan mempunyai kandungan klorofil yang mampu melakukan proses fotosintesis. Proses fotosintesis pada ekosistem air yang dilakukan oleh fitoplankton sebagai produsen merupakan sumber energi utama bagi kelompok organisme air lainnya yang berperan sebagai konsumen, dimulai dengan zooplankton dan di ikuti oleh organisme air lainnya seperti ikan melalui rantai dan jaring-jaring makanan.
2.3 Jenis dan Keanekaragaman Fitoplankton
Fitoplankton terdiri dari berbagai jenis ganggang yaitu:
1.      Cyanophyta (ganggang hijau biru)
2.      Chlorophyta (ganggang hijau)
3.      Alga Kuning-Hijau (Xanthophyceae)
4.      Alga Coklat-keemasan
5.      Diatoms (Bacillariophyceae)
6.      Cryptophyceae (kriptofita)
7.      Dinophyceae (dinoflagellata)
8.      Euglenophyta (kelompok euglena)
9.      Alga Coklat dan Merah

2.3 Parameter kepadatan Fitoplankton
Fitoplankton mencukupi kebutuhan energi dan karbon melalui fotosintesis. Nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit pada umumnya adalah vitamin, seperti cyanocobalamin, thiamine, dan biotin. Fitoplankton memerlukan sekitar 20 unsur-unsur untuk pertumbuhan, tetapi hanya karbon, nitrogen dan fosfor yang benar-benar diperlukan sehingga ketidakhadiran unsur tersebut dapat mengatasi laju pertumbuhan fitoplankton. Semua unsur-unsur tersebut terdapat di dalam air pada konsentrasi lebih rendah dibanding yang diperlukan oleh sel, oleh sebab itu fitoplankton memiliki mekanisme yang berkaitan dengan enzim untuk memasukkan unsur tersebut ke dalam sel.
1.        Kualitas air.
·      Suhu
Organisme diperairan umumnya memiliki toleransi yang sempit terhadap suhu. Perubahan suhu mengakibatkan perubahan pola sirkulasi dan stratifikasi yang jelas berpengaruh besar atas kehidupan organisme akuatik, suhu optimum pada perairan berkisar antara 30-35 oC (Odum 1971). Menurut (APHA 1995), suhu air dipengaruhi oleh substrat, kekeruhan, suhu, tanah dan air hujan, serta pertukaran panas udara dan permukaan air.
·      Derajat keasaman (pH)
Nilai pH didefinisikan sebagai logaritma dari perbandingan timbal balik antara ion hidrogen bebas. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain aktivitas biologi, suhu, kandungan oksigen, dan adanya ion-ion. Dari hasil aktivitas biologi dihasilkan CO2 yang merupakan hasil respirasi, CO2 inilah yang akan membentuk ion buffer atau penyangga untuk kisaran pH diperairan agar tetap stabil (Pescod, 1973).
·      Kecerahan
Kecerahan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air.
·      Unsur hara.
o  Nitrogen
Senyawa nitrogen ditemukan pada tumbuhan dan hewan sebagai penyusun protein dan klorofil. Nitrogen adalah unsur penting bagi makhluk hidup disamping karbon, hidrogen, dan oksigen. Nitrogen adalah komponen utama di dalam metabolisme protein. Nitrogen di perairan berada dalam bentuk senyawa anorganik seperti nitrit (NO2), nitrat (NO3), amonium (NH4), dan amonia (NH3)
o  Fosfor
Fosfor yang berada dalam perairan umumnya ditemukan dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Senyawa anorganik berada dalam bentuk fosfat dan polifosfat, sedangkan yang berbentuk senyawa organik berupa gula fosfat dan hasil-hasil oksidasinya merupakan senyawa yang tidak mudah terurai.




BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum  Teknik Produksi dan Pemberian Pakan kali ini yang berjudul “Pengamatan Fitoplankton (Thallassiosira Sp)” dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 10 November 2014 pukul 19.00 sampai dengan 21.00 WIB di Laboratorium TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil Perairan ) Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam kultur fitoplankton adalah tiga buah botol aqua ukuran 1,5 liter, aerator, gelas ukur, gallon tempat air laut, ember, aquarium, refraktometer, kertas lakmus, thermometer, timbangan digital, plastic, lux meter, aquades,  sedangkan alat yang digunakan saat pengamatan adalah mikroskop, computer,  haemocytometer, cover glass, dan  alat tulis.sedangkan bahan yang dipakai dalam praktikum ini adalah : inokulan fitoplankton yaitu chaetoceros sp, pupuk seperti, urea, TSP, NPK, silikat, Vitamin, air laut dan air tawar.
 3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan dalam  praktikum ini adalah siapkan alat dan bahan untuk kultur, hitung salinitas air laut menggunakan refraktometer untuk menentukan berapa banyak campuran antara air laut dan air tawar agar menghasilkan salinitas yang diinginkan untuk kultur fitoplankton (Thallassiosira sp) yaitu 28 ppt sebanyak 8 liter untuk dua kelompok, masing-masing kelompok sebanyak 4 liter. Kemudian masukan kaporit sebanyak 0,02 gram dan diberi aerator agar larut merata yang berfungsi untuk mensterilkan air laut. Lau tunggu selama 15 menit agar kaporit larut dalam air setelah itu masukan thiosulfat 0,02 gram utuk menetralkan kandungan chlorine pada kaporit, kemudian dibiarkan selama beberapa aerator dengan terus diberi aerator agar kaporit dan thiosulfat larut dalam air. Setelah itu masukan air dengan salinitas 28ppt tersebut kedalam 3 botol air mineral 1,5 liter, masing-masing botol berisi 900 ml air dengan salinitas 28ppt. kemudian masukan pupuk, sebagai berikut : pertama masukan urea, kemudian masukan  NPK setelah itu TSP, lalu ambil vitamin menggunakan mikropipet sebanyak 0,1 ml masukan kedalam air untuk kultur dan terakhir masukan silikat. Dengan selang waktu pemberian pupuk 1 menit untuk masing-masing pupuk. Setelah seluruh pupuk tercampur dalam air kemudian masukan inokulan Thallassiosira sp sebanyak 100 ml untuk masing-masing botol dan terus diberi aerasi.
Adapun prosedur kerja yang dilakukan selama pengamatan adalah sabagai berikut: lakukan pengamatan kepadatan jumlah sel Thallassiosira sp dengan waktu pengamatan mulai dari jam ke- 0,6,12,18,24,30,48,72. Sedangkan untuk waktu pengukuran parameter dilakukan setiap 24 jam sekali yaitu pada pukul 18.30 setiap hariny sampai selesai. parameter yang diamati adalah salinitas yang diukur menggunakan refraktometer, intensitas cahaya menggunakan lux meter, PH menggunakan kertas lakmus, suhu menggunakan thermometer. Mengitung jumlah kepadatn sel Thallassiosira sp , yaitu dengan cara mengambil sampel air kultur menggunakan mikropipet sebanyak 1 ml, lalu masukan kedalam haemocytometer dan hitung jumlah sel Thallassiosira sp  dengan melihatnya dibawah mikroskop, kotak yang diamati yaitu kotak nomor 1, 5, 13, 21 dan 25. Kemudian lakukan ulangan sebanyak 2 kali untuk masing-masing botol, lalu hitung jumlah kepadatan sel Thallassiosira sp untuk tiap botol. Setelah tu buatlah grafik pertumbuhan Thallassiosira sp.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pengamatan fitoplankton Thallasiosera sp kelompok 3 dan 4 :

 
4.2 Pembahasan

             Thallassiosira sp  termasuk dalam fitoplankton yang memiliki ciri-ciri diatom berwarna coklat, sel membentuk untaian rantai,  sel berbentuk silinder/tong, tidak bergerak, berukuran 4 μm,  salinitas 26 hinga 32 ppt, dan untuk suhu optimum berkisar sekitar 22-29 ◦ C dadapat dikultur pada medium  Guillard f/2 dengan silikat.
Kalsifikasi Thallassiosira sp 
Divisi : Chrysophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Genus :  Thalassiosira
Spesies :  Thalassiosira sp
            Berdasarkan pengamatan yang  dilakukan dalam praktikum ini mengenai kultur fitoplakton jenis Thalassiosira sp dengan pemberian bibit awal 10000 sel/liter. Maka dapt dilihat pada grafik siklus hidup Thalassiosira sp meiliki garfik yang berbeda-beda pada setiap pengualangan dengan perlakuan yang sama.
Pertumbuhan fitoplankton pada saat kultur secara visual ditandai dengan adanya perubahan warna air dari awalnya bening menjadi berwarna (hijau muda/coklat muda dan kemudian menjadi hijau/coklat dan seterusnya), perubahan ini disertai dengan menurunnya transparansi. Kejadian tersebut merupakan indikasi dari meningkatnya ukuran sel dan bertambah banyaknya jumlah sel yang secara langsung akan berpengaruh terhadap kepadatan fitoplankton .
 Pengamatan dilakukan dengan pengambilan sampel pada setiap botol ulangan krmudian dihitung kepadtaannya menggunakan mikroskop. Pada botol pertama atau pengulangan pertama terjadi penurunan yang signifikan pada jam ke 6 hingga jam ke 8 pada hari kedua. Kemudian mengalami kenaikan kepadatan pada jam ke 18 hingga jam ke 24 setelah itu kepadatan mengalami penurunan pada jam ke 24 hingga jam ke 48. Namun pada saat jam ke 48 hingga ke 72 kepadatan mengalami pase stasieonari atau tetap. Jika dibandingkan dengan pengulangan pada botol 1 dan 2 mengalami perbedaan. Dilihat berdasrarkan grafik bahwa  pada botol ke 2 terjadi penurunan tingkat kepadatan fitoplankton Thalassiosira sp yang sangat signifikan pada jam ke 3 hingga ke 18 kenaikan terjadi pada jam ke 18 hingga jam ke 30. Terjadi penurunan namun terjadi kenaikan lagi pada hari ke tiga mulai dari pengamatan  jam ke 30 sampai jam ke 72. Sedangkan pengulangan pada botol ke 3 pase penurunan pada saat jam ke 6 hingga jam ke 12. Kemudian terjadi kenaikan namun akhirnya terjadi penurunan pada hari ke 3 mulai dari jam ke 24 hingga jam ke 72 penurunan kepadatan berlangsung secara bertahap.
            Pembahasan pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa pase pertumbuhan yang terjadi pada  fitoplankton terdiri dari Fase Lag (istirahat) , Fase Logaritmik (pertumbuhan eksponensial) , Fase Stasioner (pertumbuhan stabil) dan Fase Deklinasi (Kematian). Hal ini menunjukan bahwa jika dalam grafik pada waktu awal kultur banyak terjadi penurunan kepadatan hal tersebut kemungkinan terjadi karena bibit fitoplankton mengalami degradasi atau tidak tumbuh secara otimal sehingga memerlukan adaptasi yang khusus agar mampu tumbuh dan berkembang. Selain itu juga asupan protein dan makanan yang diberikan pada saat kultur fitoplankton menjadi hal yang mendasar yang perlu diperhatikan serta tak lepas dengan lingkungan yang sesuai seperti cahaya, ph , salinitas, suhu oksigen yang cukup bagi kebutuhan fitoplankton tersebut.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pertumbuhan fitoplankton pada saat kultur secara visual ditandai dengan adanya perubahan warna air dari awalnya bening menjadi berwarna (hijau muda/coklat muda dan kemudian menjadi hijau/coklat dan seterusnya), perubahan ini disertai dengan menurunnya transparansi. Kejadian tersebut merupakan indikasi dari meningkatnya ukuran sel dan bertambah banyaknya jumlah sel yang secara langsung akan berpengaruh terhadap kepadatan fitoplankton . 
 Jika dalam grafik pada waktu awal kultur banyak terjadi penurunan kepadatan hal tersebut kemungkinan terjadi karena bibit fitoplankton mengalami degradasi atau tidak tumbuh secara otimal sehingga memerlukan adaptasi yang khusus agar mampu tumbuh dan berkembang. Selain itu juga asupan protein dan makanan yang diberikan pada saat kultur fitoplankton menjadi hal yang mendasar yang perlu diperhatikan serta tak lepas dengan lingkungan yang sesuai seperti cahaya, ph , salinitas, suhu oksigen yang cukup bagi kebutuhan fitoplankton tersebut.
5.2 Saran  
Dalam melakukan praktikum sebaiknya disiplin dan selalu berhati-hati selain itu diharapkan untuk praktikum kedepannya mahasiswa tidak hanya kultur fitoplankton dalam skala laboratorium melainkan dalam skala budidaya atau industri besar agar mampu mengaplikasikan dan mengetahui hambatan sera cara meminimalisir terjadinya kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Jusadi, Dedi. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar Modul Budidaya Chlorella. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Hutabarat, S dan S. M. Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia. Press. Jakarta.
Kholik, A.  1997.  Struktur Komunitas Fitoplankton Pada Daerah Yang Terbuka Dan Tertutup oleh Gulma Air di Danau  Taiwang Kabupaten Sumbawa, NTB.  Skripsi.  Institut Pertanian Bogor.
Mann, K. H. 1982. Ecology Of Coastal Water; A System Approach. Blackwell-Scientific Publications. Boston-Melbourne.
Nontji, A.  2002.  Laut Nusantara.  PT Djambatan.  Jakarta.
Nybakken, J.W.  1992.  Biologi Laut Suatu Pendekatan ekologis (Terjemahan oleh Muh. Edman, Koesoebiono, Dietrich G.B., Malikusworo H., Sukristijono S.).  PT Gramedia.  Jakarta.
Odum, E.P.  1971.  Fundamental Of Ecology.  Third Edition, W.B.  Sanders.  Philadelphia.
Sachlan.  1972.  Planktonology.  Correspondence Course Center.  Dirjen Perikanan Departemen Pertanian.  Jakarta.
Odum, E.P.  1971.  Fundamental Of Ecology.  Third Edition, W.B.  Sanders.  Philadelphia.

LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar