Nama : Henita
NIM :4443120684
Kelas : 5 A
Contoh Pakan Alami Ikan “Copepoda” :
1.
Klasifikasi Copepoda dan Morfologi
Klasifikasi
Copepoda
Secara
taksonomi copepoda termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Kingdom : Animalia
Filum
: Arthtropoda
Subfilum
: Crustacea
Kelas
: Maxillopoda
Subkelas
: Copepoda
Superordo
: Gymnoplea
Ordo
: Calanoida
Copepoda adalah kelompok zooplankton yang memegang peranan
penting dalam rantai makanan pada suatu ekosistem perairan. Dalam industri
pembenihan ikan laut dewasa ini, copepoda mulai banyak dimanfaatkan sebagai
pakan alami untuk larva ikan. Copepoda cocok sebagai pakan larva ikan karena
selain mempunyai nilai nutrisi yang tinggi juga karena ukuran tubuh yang
bervariasi sehingga sesuai tingkat perkembangan larva ikan. Hasil-hasil
penelitian menunjukkan bahwa copepoda dapat meningkatkan pertumbuhan larva ikan
laut yang lebih cepat dibandingkan rotifer dan Artemia (Lavens dan Sorgelos,
1996)
Copepoda
kaya akan protein, lemak, asam amino esensial yang dapat mempercepat
pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh serta mencerahkan warna pada udang
dan ikan. Keunggulan copepoda juga telah diakui oleh beberapa peneliti lain,
karena kandungan DHA-nya yang tinggi, dapat menyokong perkembangan mata dan
meningkatkan derajat kelulus hidupan larva. Copepoda juga
mempunyai kandungan lemak polar yang lebih tinggi dibandingkan dengan Artemia
sehingga dapat menghasilkan pigmentasi yang lebih baik bagi larva ikan (Mcevoy
dkk., 1998 dalam Umar, 2002).
2.
Ciri-ciri Copepoda
Copepoda merupakan krustacea yang
sangat banyak dijumpai diantara fitoplankton dan pada tingkat tropik yang
tinggi pada ekosisitem. Copepoda dewasa berukuran antara 1 dan 5 mm. Tubuh
copepoda berbentuk silindrikonikal, dimana anterior lebih lebar. Bagian depan
meliputi 2 bagian yakni cephalotoraks (kepala dengan toraks dan segmen toraks
ke enam) dan abdomen yang lebih kecil dibandingkan cephalotoraks. Pada bagian
kepala memiliki mata di bagian tengah dan antenna yang pada umumnya sangat
panjang. Copepoda yang bersifat planktonik pada umumnya suspension feeders
(Lavens dan Sorgeloos, 1996).
Siklus Hidup Copepoda jantan pada umumnya lebih kecil
dibandingkan copepoda betina. Selama melakukan reproduksi atau kopulasi, organ
jantan berhubungan dengan betina dengan adanya peranan antenna, dan meletakkan
spermatopora pada bukaan seminal, yang dilekatkan oleh lem semen khusus.
Telur-telur umumnya lebih dekat ke bagian kantung telur. Telur-telur ditetaskan
sebagai nauplii dan setelah melewati 5-6 fase nauplii (molting), larva akan
menjadi copepodit. Setelah copepodit kelima, akan molting lagi menjadi lebih
dewasa. Perkembangan ini membutuhkan waktu tidak kurang dari satu minggu hingga
satu tahun, dan kehidupan copepoda berlangsung selama enam bulan sampai satu
tahun (Lavens dan Sorgeloos, 1996).
Beberapa jenis copepoda telah dikembangkan untuk
dibudidayakan khususnya di manca negara. Copepoda tersebut termasuk kelompok harpacticoid
dan calanoid. Perairan Indonesia kaya akan kehadiran berbagai jenis
copepoda, memiliki peluang besar untuk memilih jenis pakan hidup yang unggul
sebagai pakan alternatif atau pengganti Artemia yang saat ini harganya kian
melambung.
Sumber :
Anindiastuti, Kadek Ari W. & Supriya, 2002. Budidaya Massal Zooplankton dalam Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Balai Budidaya Laut
Lampung,Dirjen Perikanan Budidaya. Dep. Kelautan dan Perikanan. Seri Budidaya Laut 9 : 78-96.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar