ESSAY
Disusun
oleh :
Henita
Yahya
JUDUL
: Kail dan jala tak cukup menghidupi nelayanku!!!
Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang terdiri dari 70% lautan, sudah seharusnya dan sudah
saatnya mulai membangun mental dan pola pikir untuk kembali menjadi bangsa
maritim. Kesadaran ini yang tentunya harus
menjadi dasar dalam membangun sektor ekonomi dari ranah sumberdaya maritim kita
yang kaya. Potensi wilayah pesisir
dan lautan lndonesia dipandang dari segi Perikanan meliputi; perikanan laut
(Tuna/Cakalang, Udang, Demersal, Pelagis Kecil, dan lainnya) sekitar 4.948.824
ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 15.105.011.400, Mariculture (rumput
laut, ikan, dan
kerang-kerangan serta Mutiara
sebanyak 528.403 ton/tahun, dengan
taksiran nilai US$
567.080.000, perairan umum 356.020 ton/tahun, dengan taksiran
nilai US$ 1.068.060.000, budidaya tambak 1.000.000 ton/tahun, dengan taksiran nilai
US$ 10.000.000.000, dan potensi bioteknologi
kelautan tiap tahun sebesar US$ 40.000.000.000, secara total potensi sumber
daya perikanan Indonesia senilai US$ 71.935.651.400 dan yang baru digali
sekitar US$ 17.620.302.800 atau 24,5 %. Potensi tersebut belum termasuk hutan mangrove, terumbu
karang serta energi
terbarukan serta jasa seperti
transportasi, pariwisata bahari
yang memiliki peluang
besar untuk dikembangkan.
Kekayaan sumberdaya alam tersebut jika kita
kaitkan dengan sebuah lagu legendaris yang tak asing diteliga dengan syair
“Kail dan jala cukup menghidupimu!” sepenggal kalimat dengan makna bahwa
nelayan kita yang masih kaya akan sumberdaya, namun dizaman sekarang memikat pertanyaan apakah
kini masih begitu? Seiring dengan perjalanan waktu, kehidupan masyarakat dengan
visi maritim Indonesia yang sangat dibanggakan tersebut mulai tenggelam.
aktivitas bahari dieksplore berlebihan demi kepentingan ekonomi semata. Akibatnya
budaya maritim bangsa, sumberdaya maritim kita memasuki era yang suram.
Nelayan
dan segala aktivitas yang berkaitan dengan perikanan (packing, transport,
retailing) merupakan kegiatan yang penting di bidang kelautan yang tidak dapat
dipisahkan, baik skala domestik maupun global ekonomi. Besarnya potensi sumber
daya perikanan dan kelautan tersebut merupakan aset nasional yang harus
dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Namun beberapa kendala untuk
mewujudkan sumberdaya perikanan dan kelautanm yang lebih optimal diantaranya
yakni Lemahnya kemampuan sumber daya nelayan, karena armada penangkapan ikan
dan penguasaan teknologi yang masih tergolong sederharna dengan kapal ukuran
kecil yang berdaya jelajah kecil dan tidak dapat berlayar dalam jangka waktu
lama. Usaha untuk meningkatkan produksi dibidang perikanan bagi masyarakat
nelayan tentu tidak akan terlepas dari pemilikan alat tangkap. Karena dengan
tersedianya alat tangkap yang memadai tentu akan berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas.